Sebelumnya, saya ingin membagi perokok menjadi 3 jenis:
1. mereka yang merokok di tempat-tempat yang dengan jelas memiliki larangan merokok
2. mereka yang merokok di tempat-tempat umum atau di dekat orang lain
3. mereka yang merokok di tempat khusus merokok atau di tempat dimana tidak ada orang lain
Untuk membela diri, para perokok sering kali mengatasnamakan HAM. Ini adalah alasan yang sangat egois karena HAM disini adalah HAM perokok itu sendiri tanpa memperhatikan HAM orang lain. Perokok jenis 2, misalnya, merasa memiliki kebebasan untuk merokok tanpa menghiraukan bahwa orang lain pun memiliki sebuah kebebasan, yaitu untuk menghirup udara bersih yg tidak terkontaminasi asap rokok. Lebih parah lagi, di negeri ini kita masih sering menjumpai perokok jenis 1 yang merasa bebas untuk merokok sekalipun di ruangan ber-AC misalnya. Masih soal hak, pertanyaan bagus untuk perokok jenis 3: "Apakah Anda memiliki hak untuk merokok?". Lihat jawabannya di: http://poenjagw.blogspot.com/2008/10/teoliberalisme.html
Di kebanyakan negara maju, perokok jenis 1 dan 2 ini dikenai sanksi hukum yang tegas karena telah menyangkal nilai kebebasan orang lain. Sejak tahun 2005, Jakarta telah mengeluarkan peraturan semacam ini. Tapi pada pelaksanaannya tidak berjalan karena tidak adanya ketegasan dalam penegakan peraturan ini.
Bicara soal kebebasan, sebenarnya bukan saja kebebasan orang lain yang direnggut dengan kebiasaan buruk ini (untuk jenis perokok 1 dan 2), namun juga kebebasan si perokok itu sendiri (untuk semua jenis perokok). Hampir semua perokok tidak kuasa untuk berhenti merokok karena sudah kecanduan. Itu berarti ia tidak bisa mengendalikan dirinya lagi. Ia telah menjadi "budak" rokok dan rokok telah menjadi "tuan" atasnya.
Rokok bukan sekedar barang konsumsi biasa. Ia adalah sebuah berhala di zaman modern ini. Seorang perokok yang mengaku beragama belum tentu merasa tidak tenang jika dalam satu hari ia tidak berdoa kepada Tuhan, tapi ia pasti merasa tidak tenang/nyaman jika dalam sehari saja belum merokok.
Dari segi kesehatan sudah jelas bahwa rokok itu adalah racun. Namun banyak perokok yang tidak percaya atau tidak peduli akan hal ini. Apakah mereka yang tidak percaya lebih pintar daripada para ahli yang telah melakukan riset dan menyatakan rokok itu buruk untuk kesehatan? Dan mereka yang tidak peduli adalah orang-orang yang berpikir jangka pendek karena memang akibat dari rokok itu biasanya terjadi untuk jangka panjang. Seseorang yang merokok tidak langsung mati seketika, tapi mati pelan-pelan dengan menimbun penyakit jantung atau kanker misalnya di beberapa tahun mendatang.
Zaman dulu, di desa-desa ada labeling "banci" terhadap para lelaki yang tidak merokok. Labeling ini masih ada meskipun tidak segencar dulu. Yang jelas, labeling seperti ini sangat tidak rasional. Merokok itu tidak keren sama sekali. Misalnya, karena merokok, baru bermain bola sekian menit saja sudah kepayahan. Yah........ itu sama sekali gak keren!