README FIRST

Jangan heran apabila dalam blog ini ada ide di sebuah posting yang bertentangan dengan posting yang lain. Semua posting ini ditulis oleh orang yang sama yaitu saya. Tetapi posting yang ditulis tahun 2013 ke depan ditulis oleh saya yang sudah tercerahkan oleh berbagai pengalaman hidup. Dari diliput oleh koran luar negeri, kehilangan teman yang tewas tertembak dalam kerusuhan Ambon 2011, sampai melancong ke belahan lain dunia ini, semuanya itu membentuk sebuah pemikiran yang berbeda dari sebelumnya.

01 April 2014

Teori Evolusi, Fakta atau Fiksi?

oleh: Dwi Santosa, filsuf

Ketika menanggapi tentang isu teori evolusi, dulu biasanya saya hanya dengan enteng akan mengatakan, "itu kan hanya teori, baru dugaan. Belum tentu benar." Akan tetapi oleh ilmuwan (khususnya di negara-negara maju), teori evolusi ini dinyatakan sebagai fakta. Dan oleh karena itu teori evolusi wajib diajarkan sebagai fakta di sekolah-sekolah (terutama di negara maju) bukannya lagi sekedar sebagai proposal gagasan.

Kita harus memahami terlebih dahulu kata 'fakta' secara ilmiah. Fakta ilmiah merujuk pada data-data eksperimen ataupun pengamatan objektif yang dapat diverifikasi. Fakta ilmiah harus didukung bukti-bukti yang banyak dan kuat. Ada dua jenis fakta ilmiah. Yang pertama berdasarkan pengamatan empiris yang diverifikasi dan yang kedua merupakan hipotesis yang didukung oleh bukti. Hipotesis sendiri adalah penjelasan spekulatif yang terorganisir dengan baik.

"Fakta merupakan hipotesis yang secara kuat didukung oleh bukti-bukti yang kita asumsikan benar" -Douglas Futyuma-

"There is no sharp line between speculation, hypothesis, theory, principle, and fact, but only a difference along a sliding scale, in the degree of probability of the idea. When we say a thing is a fact, then, we only mean that its probability is an extremely high one: so high that we are not bothered by doubt about it and are ready to act accordingly. Now in this use of the term fact, the only proper one, evolution is a fact." -H. J. Muller-

Maka dengan definisi fakta ilmiah yang seperti ini, para ilmuwan memang bisa mengatakan bahwa teori evolusi merupakan sebuah fakta. Namun harus diingat bahwa "fakta" di sini tidaklah berarti "kepastian absolut". Secara ilmiah, para ilmuwan seharusnya tahu bahwa mereka tidak pernah mengetahui segala sesuatunya dengan kepastian yang absolut. Bahkan pengamatan empris pun bergantung pada asumsi dasar bahwa indera dan instrumen pengukuran yang kita gunakan adalah benar. Jadi dalam sains, keseluruhan fakta bersifat sementara saja.
Evolusi

Definisi evolusi itu sendiri dapat diperdebatkan karena terdapat juga pada bidang yang lain. Namun pada konteks biologi yang sedang saya bicarakan saat ini, evolusi, setelah sintesis evolusi modern, dapat diartikan sebagai perubahan komposisi genetika dalam suatu organisme dari generasi yang satu ke generasi yang lain. Dalam bidang yang lain kata evolusi memiliki pengertian-pengertian yang berbeda dan itu tidak akan dibahas dalam posting ini. Evolusi juga sering dikatikan dengan Teori Big Bang. Padahal tidak harus seperti itu.

Fakta ilmiah evolusi yang didapat dari pengamatan empiris adalah fakta-fakta yang menunjukkan apa yang disebut orang awam mikro evolusi. Pada dasarnya, baik mikro maupun makro evolusi sama-sama adalah evolusi, yang membedakan hanya pada rentang waktunya saja. Tapi menurut saya tidak hanya. Justru di sinilah letak permasalahan yang sering diperdebatkan dalam teori evolusi.

Jika dalam mikro evolusi, ilmuwan dapat melakukan pengamatan empiris, tidak demikian pada makro evolusi. Fenomena yang terjadi dalam rentang waktu jutaan bahkan milyaran tahun tentunya mustahil untuk diamati secara empiris. Jadi fakta makro evolusi yang ilmuwan punya adalah jenis yang kedua (lihat paragraf 2 di atas), yaitu merupakan hipotesis yang didukung bukti yang diasumsikan benar. Fossil adalah bukti-bukti yang mereka punyai. Harus diperhatikan di sini, bahwa hipotesis muncul terlebih dahulu dan bukti dicari kemudian untuk mendukung apa yang dispekulasikan sebelumnya (lihat paragraf 2 untuk pengertian hipotesis). Dalam bukunya yang paling terkenal, Darwin banyak menggunakan kata-kata seperti could be, perhaps, possibly yang menunjukkan kemungkinan. Memang begitulah hipotesa. Barulah pada tahun-tahun berikutnya, ilmuwan mencari bukti yang mendukung berupa fossil.

Tak dapat diamati secara empiris membuat makro evolusi tidak dapat difalsifikasi atau diuji sebagai sesuatu yang salah. Tapi hal ini juga tidak langsung menunjukkan bahwa itu benar-benar terjadi. Mengetahui dengan pasti apa yang terjadi di masa lampu adalah sesuatu hal yang sulit. Untuk masa beberapa ratus tahun saja kita menemukan banyak kesulitan, apalagi untuk jutaan tahun lalu dimana tidak ada dokumen ataupun narasumber hidup sama sekali. Itulah mengapa fosil yang menjadi 'bukti' terkuat para ilmuwan. Terkuat tidak selalu berarti kuat. Bisa jadi terkuat dari yang terlemah. Fossil bagaimanapun tidak bisa memberikan pernyataan secara eksplisit. Pola fossil yang 'dibaca' oleh ilmuwan bisa tidak tepat karena belum semua fosil di bumi ini ditemukan. Bagaimana jika jumlah fossil yang telah ditemukan baru dibawah 1% dari keseluruhan fossil yang ada di bumi ini? Apakah pola yang 'terbaca' akan tepat?

Sains memang harus objektif (berpusat pada objek yang diteliti) tapi ia tidak akan pernah netral. Para ilmuwan sudah punya hipotesis terlebih dahulu sebelum terjun ke lapangan mencari bukti. Jadi yang dicari hanyalah bukti yang menguatkan hipotesisnya tersebut. Bukankah ilmuwan-ilmuwan kita sekarang adalah produk indoktrinasi pendidikan yang mewajibkan mereka menerima teori evolusi dari kecil? Mereka bukan orang netral. Jangan naif!

Beberapa poin terakhir saya:

1. Sains itu tidak dapat memberikan kebenaran absolut. Bagaimanapun fakta-faktanya berdasarkan asumsi dan pengalaman orang lain (jika kita tidak melakukan penelitian sendiri). Orang-orang evolusionis harus paham hal ini sehingga tidak perlu ngotot bahwa merekalah yang paling benar. Mungkin saja suatu hari nanti teori ini dapat dipatahkan. Siapa tahu? Jadi di sekolah-sekolah pun seharusnya teori evolusi ini tidak diajarkan sebagai sesuatu kebenaran absolut tapi sebagai dugaan kuat sementara tanpa hak yang sah untuk menjatuhkan 'vonis' benar dan salah. Zaman telah berbicara. Kini banyak orang yang tidak terlalu percaya lagi pada sains seperti beberapa puluh tahun yang lalu. Beberapa orang menyebut era sekarang ini era postmodernisme. Dimana masyarakat memilih yang works, kadang-kadang itu sains, tapi kadang-kadang juga bukan.

2. Saya tidak mengatakan teori evolusi salah. Saya hanya mengatakan bahwa teori ini bisa saja tidak benar. Saya rasa para ilmuwan harus memiliki pemikiran seperti ini. Sebaliknya saya mengapresiasi para pencetus teori yang sangat brilian ini. Saya harap di masa depan pun saya bisa mengeluarkan sebuah teori yang menggemparkan dunia. :D

3. Para penentang teori evolusi diharapkan untuk mempelajari dulu baik-baik sehingga pertanyaan maupun penyataan penyanggah yang diajukan terhadap teori ini tidak terlalu dangkal.

4. Saya membenci tapi mencintai sains, ia bagaikan NARKOBA dan saya pecandunya. Sains itu benar-benar jahat (Untuk penjelasan lebih lanjut bahwa sains itu jahat, silahkan klik disini)

5. Jika Anda ingin berargumen di sini, silahkan. Tapi jangan mengalihkan isu ke apa yang disebut mikro-evolusi, karena bukan di situ permasalahannya. Jangan juga berkomentar tentang poin ke-3 karena itu ada postingnya sendiri. Terakhir, jangan bawa-bawa SARA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar