For English version,
click here.

Semua orang menginginkan sebuah kebebasan. Kebebasan inilah yang selalu diagung-agungkan oleh penganut paham liberal (ENG liberate:membebaskan). Paham itu mengajarkan bahwa manusia bebas dan berhak untuk melakukan apapun. Batasan dari kebebasan itu hanyalah kebebasan orang lain, walaupun pada pelaksanaanya orang liberal terkadang mengabaikan kebebasan orang lain. Namun terlepas dari pelaksanaannya di lapangan, kelihatannya memang sangat amat baik yang diajarkan oleh paham ini. Namun, saya berpikir bahwa liberalisme pun banyak memiliki kekurangan.
Banyak negara liberal yang telah melegalkan aborsi dengan alasan kebebasan sang ibu bayi. Mungkin isu aborsi masih terasa haram di telinga kita, akan tetapi para liberalis memiliki dasar paham yang menunjang hal ini. Sang ibu bayi berhak mengugurkan cabang bayi yang belum lahir dan yang dianggap belum memiliki hak hidup. Apakah hal ini sesuai dengan hati nurani Anda sebagai manusia, yaitu apabila aborsi dilegalkan di Indonesia? Saya rasa banyak orang yang hati nuraninya menentang hal ini, sama dengan saya.
Karena isu-isu seperti inilah saya menyimpulkan bahwa liberalisme sebuah paham yang masih memiliki cacat. Mungkin arahnya sudah benar, akan tetapi barangkali harus ditambahkan batasan kebebasan selain daripada kebebasan orang lain. Di sinilah akhirnya saya mencetuskan sebuah paham yang disebut Teoliberalisme. Saya tidak berani mengklaim bahwa saya-lah penemu paham ini, walaupun pada saat saya keceplosan konsep ini saya belum membaca artikel dari manapun tentang Teoliberalisme. Tapi memang sudah ada orang yang mencetuskan paham ini. Pada saat saya mengetik kata TEOLIBERAL di internet, muncul sejumlah artikel yang cocok. Sayangnya itu semua tertulis dalam bahasa Latin yang tidak saya mengerti, sedangkan saya tidak menemukan satu pun artikel dalam bahasa Inggris. Jadi, konsep Teoliberlisme yang ingin saya sampaikan di sini adalah murni versi saya.
Teoliberalsime berasal dari 3 kata, yaitu theos(Tuhan), liberal(kebebasan), isme(paham). Jadi artinya gampangnya adalah sebuah paham kebebasan yang menempatkan hakekat manusia sebagai ciptaan Tuhan Sang Pencipta. Lalu apa perbedaannya dengan liberalisme biasa? Tentu kata "Teo"(Tuhan) yang menjadi kuncinya. Menghayati bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan, tentu akan mempengaruhi cara berpikir kita tentang arti sebuah kebebasan.
Saya akan menjelaskan dalam sebuah contoh konkret. Apakah kita memiliki kebebasan untuk merokok? Jawab orang liberalis: Oh tentu, asalkan kita tidak merokok di tempat umum, tidak menggangu kebebasan orang lain untuk menghirup udara bersih. Jika kita merokok tidak di depan orang, ya sah-sah saja. Walaupun memang secara medis itu tidak baik bagi tubuh, tapi toh itu tubuh kita sendiri, tidak mengusik orang lain. Tetapi jawab orang Teoliberlis: Tidak, kita tidak berhak untuk merusak tubuh kita sendiri, karena tubuh kita ini bukan milik kita sendiri tetapi adalah milik Sang Pencipta, yaitu Tuhan. Jika Anda dititipkan sebuah barang oleh orang lain, apakah Anda bebas untuk merusak barang itu? Tentu tidak.
Semoga dengan contoh ini saya dapat menjelaskan arti Teolibralisme. Intinya paham ini menegaskan bahwa manusia tidak berhak penuh melakukan semuanya pada dirinya sendiri. Kalau begitu bagaimana dengan isu aborsi tadi? Saya menyerahkan jawabannya kepada Anda sendiri.
Ada isu-isu yang lain seperti bunuh diri, eutanasia, perkawinan sejenis, dan masih banyak lagi yang akan saya bahas di artikel Teoliberalisme selanjutnya. Saya harapkan masukkan isu atau kasus dari Anda yang dapat kita kaji bersama dengan perspektif Liberal dan Teoliberal.